Kamis, 03 November 2016

Menghapus yang terukir

Waktu itu telah berlalu, kisah itu telah selesai, rasa itu perlahan pergi...

Namun ... jiwaku ini rasanya masih saja terbawa akan kisah klasik itu, aku sudah mencoba lari sejauh mungkin, mencoba untuk tak kembali, mencoba untuk tak menolehnya lagi, dan mencoba untuk melupakan segalanya tentang nya.

Namun... Mengapa semua yang pernah terjadi susah ku hapus sebersih mungkin dari ingatanku. Oh Tuhan, hapuslah yang pernah terukir, sudahilah semua ini, sembuhkanlah dengan total kepahitan yang ku alami.
Aku telah melewati banyak hari tanpa nya, sudah juga melalui kisah lain dengan yang lain.

Namun... Kenapa dia tetap melintas. Mengapa rasa cintaku kepadanya sangatlah dalam . Ya Allah aku mohon hapuskan lah dalam ingatanku segala apapun yang pernah terukir, dan aku bisa melewati hariku dan merenggut kembali hariku sebelum hadirnya dia dalam hidupku.

Aku tidak bisa berlaku seolah biasa saja dan seolah tak pernah terjadi apa-apa, tapi aku tak bisa. Kenangan dan luka pahit yang aku terima sangatlah susah untuk aku sudahi dan aku lupakan dan membuangnya dari ingatanku.

Karena kenangan pahitku yang dulu, kini aku lebih waspada dan tidak dengan sembarang hati lagi dalam membuka hati dan memulainya dengan orang lain. Aku kini lebih berhati-hati dengan siapapun yang hadir dalam hidupku, bukan niat untuk menutup diri. Namun, aku lebih hati-hati saja dalam membuka hati dan lebih selektif lagi dalam hal seperti itu. Aku hargai siapapun yang hadir dan mengisi serta memberi canda tawa dihidupku. Tapi maaf, jika kau tanyakan hubungan yang jauh lebih serius. Tentu dengan tegas aku jawab, MAAF ! Aku masih belum bisa memulai kisah lagi sebelum luka lamaku benar-benar sembuh dan kepahitan itu hilang. Aku tidak ingin berada lagi pada kisah yang berakhir dengan ending yang begitu begitu saja, aku tidak mau jadi masa lalu hidup seseorang. Iya kalau seseorang itu mengingat dan menjadikan kita kenangan, yang tidak enak jika kita diingat hanya sebagai figuran semata. 


So, untuk siapapun yang pernah menebar benih luka di hidupku. Aku ucapkan ribuan terimakasih, karena dengan itulah aku dapat pengalaman dan warna hidup yang lebih berbeda yang bisa aku ceritakan dan kujadikan pelajaran. Aku tidak membencimu, namun aku tidak akan lagi-lagi membahasmu dan sangatlah tidak perlu tahu bagaimana tentangmu kini! 

I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar